Alkhairaat Jalin kerja sama dengan Vale di Sektor Penanaman Padi Organik

waktu baca 4 menit
Ketua Utama Alkhairaat, Habib Sayyid (HS) Alwi bin Saggaf Aljufri, saat ditemui di kediamannya, Senin (16/10), menjelaskan tiga misi besar Alkhairaat di bidang pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan. Foto : Redaksi Kabal

PALU – PT BUMA (Badan Usaha Milik Alkhairaat), menjalin kerja sama dengan PT Vale Indonesia, Tbk di sektor penanaman padi organik.

PT Vale sendiri merupakan perusahan pertambangan nikel dari Brazil yang telah berhasil mempraktikkan sistem padi organik di kalangan petani di beberapa area pemberdayaan, baik di Sulawesi Tenggara maupun Sulawesi Selatan.

Ketua Utama Alkhairaat, Habib Sayyid (HS) Alwi bin Saggaf Aljufri, ditemui di kediamannya, Senin (16/10), mengatakan, kehadiran Alkhairaat memiliki tiga misi besar, yaitu di bidang pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan.

“Di bidang sosial kemasyarakatanlah ini (kerja sama) bisa masuk. Di dalamnya nanti ada pembinaan-pembinaan dan memperkenalkan kepada masyarakat bagaimana penanaman padi yang ramah lingkungan, artinya yang tanpa bahan kimia atau secara organik,” jelas Habib Alwi.

Menurutnya, penanaman padi organik nanti akan menggunakan lahan persawahan masing-masing masyarakat.

Nantinya, kata dia, hasil panen dari padi organik akan dibeli oleh Alkhairaat melalui BUMA, kemudian akan diberi nama “Alkhairaat Rice”.

“Hasilnya dibeli oleh BUMA, kemudian diberi label Alkhairaat Rice, lalu dijual kembali ke PT Vale,” jelasnya.

Habib menambahkan, ia ingin Alkhairaat dengan berbagai mitra kerjanya, bisa memberikan peluang pengetahuan dan lapangan kerja bagi masyarakat, sehingga tidak hanya membicarakan persoalan hasil pertaniannya saja, tetapi ada transfer knowledge (pengetahuan) yang diberikan kepada petani.

“Jadi bagaimana masyarakat atau petani kita bisa mendapatkan ilmu pertanian yang ramah lingkungan. Insyaallah ada kontribusi Alkhairaat di bidang kemasyarakatan dengan meningkatkan SDM masyarakat lewat kerja sama ini,” ujarnya.

Untuk itulah, lanjut Habib, di setiap kerja sama yang dibangun Alkhairaat dengan pihak tertentu, harus ada lima syarat yang bisa dipenuhi, antara lain ada transfer knowledge dalam kerja sama itu, konsep kerjanya berbasis sosial kemasyarakatan, dan ada bargaining position yang seimbang.

“Jadi kita kesannya jangan hanya dimanfaatkan, kita harus sejajar dengan pihak lain. Ente punya uang, kita punya market,” tekannya.

Syarat selanjutnya, kata dia, tidak pernah mengambil untung di depan sebelum kerja sama itu berjalan.

“Jangan nanti dipikir, kita kerja sama dengan beberapa pihak ini kita terima uang di depan, sepeserpun tidak. Jadi jangan pernah orang menganggap, setelah bargaining lalu karena massa kita besar, lalu dikasih dulu sekian. Yang melekat di badan kita ini, kalau berbicara BUMA, maka ujungnya ada Alkhairaat, nama besar itu yang kita jaga,” tegasnya.

Lebih lanjut Habib mengatakan, lembaga Alkhairaat siap melibatkan masyarakat dalam berbagai kerja sama yang dibangun dengan mitra kerjanya. Hal ini merupakan salah satu komitmen Alkhairaat untuk mensejahterakan masyarakat.

“Jadi masyarakat sejahtera, Alkhairaat sejahtera. Jangan bahasanya dibalik, Alkhairaat sejahtera, kita senang. Kalau hanya Alkhairaat yang sejahtera berarti masyarakat tidak bisa sekolah dan kalau mau sekolah berarti Alkhairaat yang biayai. Tidak boleh seperti itu,” kata Habib Alwi.

Bagi Alkhairaat, kata dia, masyarakat harus makmur atau sejahtera terlebih dahulu, agar bisa membiayai anaknya untuk bersekolah di Alkhairaat.

Menurutnya, Alkhairaat sebagai lembaga besar tidak boleh melihat masyarakatnya tidak sejahtera. Ia mencontohkan Ponpes Al-Zaitun yang tidak punya kepedulian atau kepekaan sosial.

“Sementara konsep Alkhairaat sendiri adalah sosial kemasyarakatan. Artinya semua unit usaha yang ada di Alkhairaat, bisa dikembangkan oleh wilayah kerja Alkhairaat dan masyarakat setempat,” katanya.

Habib mengungkapkan mimpi besarnya yang diharapkan bisa terwujud ke depan, di mana di setiap kabupaten berdiri M2 (Mini Market) Alkhairaat, sebagaiamana Alfimidi dan sejenisnya.

“Kita berani. Kita punya tanah di pinggir jalan, kita punya sekolah. Sekolah diarahkan untuk membeli keperluannya kepada M2 Alkhairaat ini, mulai dari seragam, air minum ATK dan sebagainya,” katanya.

Untuk seragam, kata dia, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan perusahaan garmen terbesar di Jakarta yang berasal dari Korea.

“Ini karena kita tidak punya modal, maka peran kita disini untuk memasarkan. Seandainya kita punya modal, kita bargainingnya bagus, kita dua dan dia satu,” ujarnya.

Nantinya, kata dia, pasarannya bukan hanya di kalangan santri Alkhairaat, tetapi juga bisa menyasar pelajar di sekolah umum.

“Jadi kalau ada masyarakat yang mau memasarkan baju seragam ini, silahkan. Keuntungannya untuk dia, asalkan jangan menjual lebih mahal agar orang bisa membeli lagi kalau sudah rusak,” katanya.

Habib juga menyinggung rencana untuk membangun universitas baru di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara.

“Kita ada lahan tujuh hektar di sana. Nanti bupatinya akan datang di sini,” pungkasnya. *