Ketika Do’a Tak Lagi Didengar

waktu baca 3 menit
Ilustrasi oleh AI

Renungi baik baik doa Nabi Muhammad SAW ini. Sangat indah dan menusuk mata batin. inilah bunyinya: “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari hati yang tidak khusyuk, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari nafsu yang tidak pernah kenyang serta dari doa yang tidak lagi didengar.” (hadis sahih).

Sungguhlah doa ini singkat, padat, tetapi maknanya sangat mendalam. Hadis ini mengupas tuntas empat pangkal masalah utama manusia. Masalah pertama dan utama adalah jika hati sudah tidak bisa lagi khusyuk sehingga tak ada lagi rasa takut kepada Allah SWT. Maka itu, amaliah ibadahnya menjadi rutinitas yang menjemukan dan kering tanpa kenikmatan ibadah.

Kalaulah kondisi ini sudah menguasai, manusia, maka akan terkena penyakit berikutnya, yakni ilmunya menjadi tidak lagi bermanfaat bagi akhirat. Semua cara akan dikerahkan untuk menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, yakni dunia semata. Lalu, jika ia sudah dihinggapi penyakit kedua tersebut, jika dibiarkan, ia akan melangkah pada stadium ketiga, yaitu nafsu yang tidak akan bisa kenyang, tak pernah mengenal puas, apa pun akan diterabas demi memuas kan keinginan hawa nafsunya.

Dan, jika ia telah mengalami level ini, ia akan terkena stadium terakhir yang mematikan, yaitu doanya yang tak lagi didengar oleh Allah. Jika ini terjadi, mau tinggal di mana lagi kita ini. Bumi mana yang akan kita injak, langit mana tempat kita berteduh, jika doa kita sudah tidak lagi didengar oleh Allah SWT?

Manusia semacam ini bertahan seperti yang digambarkan oleh Allah SWT: “Atau, seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atas ombak (pula), di atas (lagi) awan; gelap gulita yang bertumpuk-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai sedikit pun cahaya.” (QS an-Nuur : 40).

Melalui momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, saya menasihati diri saya sendiri dan kita sekalian untuk selalu merasa takut kepada Allah SWT dari kemaksiatan. Jika beribadah, lakukanlah dengan khusyuk, teteskan air mata saat menghadap Allah, karena dari-Nya kita berasal dan kepada-Nya kita akan kembali.

Kita berharap, ilmu yang dimiliki dapat menjadi cahaya yang selalu menuntun kita pada kebenaran, menjauhi kemaksiatan dan kemungkaran, agar doa kita layak di dengar dan dikabulkan Allah SWT. “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya terdapat pelita besar.

Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seolah bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat- (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir mencapainya, walaupun tidak menyentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS an-Nuur:35). Wallahul Mustaan

Di sadur dan perbarui dari assalamualaikum mal, edisi 7 maret 2012